🌧️ Di Hari Ini Ada Dua Hati

SearchResults for: ini hati kami. Lirik & Chord Lagu Pernikahan – Cerahnya Hari Ini. July 7, 2010 By Admin Leave a Comment. DI HARI INI ADA DUA HATI DI HARI INI DUA CINCIN YANG DIBERKATI MENYATUKAN KASIH YANG SEMPURNA Pasalnyapasokan gandum saat ini berasal dari dua negara yang dilanda konflik, Rusia dan Ukraina. Pasokan dari produsen besar untuk gandum di pasar dunia tersebut kini terhambat. “Ini hati-hati, yang suka makan roti, yang suka makan mi, bisa harganya naik. hari ini ada 21.419 kasus aktif COVID-19 di Jakarta, atau ada penurunan 1.036 kasus TRIBUNKALTIMCO - Jangan sampai ketinggalan promo Hypermart hari ini Minggu 7 Agustus 2022. Berikut promo Hypermart hari ini Minggu 7 Agustus 2022, Ada gebyar merah putih, Belanja hemat di akhir pekan.. Hypermart termasuk pasar swalayan yang tergolong lengkap, Moms dapat membeli kebutuhan rumah tangga yang mulai menipis atau bahkan habis dengan Di rumah saya hari ini ada dua yang positif Covid-19, satu ibu saya satu anak saya," ucapnya di lokasi, Kamis (23/6/2022). Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini menceritakan sang ibu yang sudah berusia 82 tahun dan anaknya tak menunjukan gejala Covid-19. Baca juga: Covid-19 Meroket Lagi Saat HUT ke-495 Kota Jakarta, Kasus Aktif Capai 6.779 Cintaterus berlalu, tanpa pernah berhenti untuk sekedar menolehku. Aku telah hilang bersama waktu. Bersama angin yang bertiup dari ar Adatujuh tanda hati seseorang sudah mati. Dari ketujuh tanda ini, nomor dua sering tidak disadari sebagian orang. Semoga Allah menjauhkan kita dari perkara ini. 1. Meremehkan Sholat dan Berani Meninggalkannya Tanda orang yang hatinya mati sering meremehkan urusan sholat. Bahkan berani meninggalkannya tanpa ada rasa penyesalan. SRIPOKUCOM - Artikel ini menyajikan daftar harga emas hari ini di Palembang, Jumat 5 Agustus 2022. Daftar harga emas hari ini di Palembang mulai dari 0.5 gram hingga 1000 gram.. Daftar harga emas hari ini di Palembang kami sajikan lengkap, ada dua pilihan harga yakni harga NPWP dan harga non NPWP. Baca juga: Harga Emas Hari Ini di Palembang, Kamis 4 RamalanZodiak Hari Ini 13 Mei: Sagitarius Pikir Dua Kali Sebelum Memutuskan, Capricorn Keuanganmu dalam Titik Kritis Tetap berhati-hati sejauh yang kamu bisa dan jangan berbagi rencana dengan orang lain. Mintalah saran dari mereka yang benar-benar kamu percayai. Ada beberapa kesulitan di tempat kerja, tetapi jangan khawatir. Dengan Kopidan kepadatan metropolitan adalah dua hal tak terpisahkan. pukul 11.30 pagi akan membantumu bertahan lebih lama di siang hari dari rasa kantuk. Hal ini karena membuat cold brew membutuhkan lebih banyak kopi untuk digiling agar konsentrasi kopi menjadi lebih kental. Semakin kental kopi, semakin banyak kafein yang ada di dalamnya n1zLl. Bom dia, viva um dia felizSorria, sorria, bom dia alegria, do nosso paísQue país é esse? Simpática nação, será que existe ou é imaginação?Estamos em Hopi Hari, aqui Hopi Hari tem muita diversãoHopi Hari tem, esplendor da natureza, Hopi Hari vem que temQue é que tem ai? AventuraQue mais que tem ai? BrincadeiraAventura, brincadeira, tem que se divertirFrio na barriga, arrepio, tem espanto de montãoA velocidade da emoção, Bate forte coraçãoVamos cantar nosso hop hipi Hopi HariSimpático, didático, solícito, assaz, caloroso, jamais sorumbáticoVeloz, solidário, expedido, zelosoSou prestativo e prestimoso, sou patriótico, venha daíEstou orgulhoso de estar aqui!Nosso território é auto-astralE temos nossa capitalE Aribabiba o que quer dizer?Quem é capaz de responderAribabiba é, o nosso jeito de viverCom muito riso, muita alegria, gargalhada pra valerHopi Hari, Hopi Hari, Hooooo-Nós somos fiéis soldados da alegria, do bom humorAs forças são desarmadas e carregadas com muito amorA nossa bandeira é linda, o nosso hino de arrasarBon bini a Hopi Hari, a aventura vai começarPronto, vai começar, JáUni-Duni-Tê, Hopi-Colorê, tudo aqui foi feito pra vocêHopi Hopi ho-, Hari Hari ha-Agora tá na hora de brincarHopi Hopi ho-, Hari Hari ha-Você vai adorar e vai voltarBon biniHopi Hari Hopi, Hari Hopi HariHoooo-Hopi Hari! Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Tahukah kau, sesungguhnya... ada dua hati yang patah di ruangan ini?Hari 1Perlahan aku duduk di sisinya, sementara dia tak bergeming. Hanya memandang kosong pada ombak yang bergelung ke pantai, buih putih keruh menyapu ujung – ujung kakinya yang termanikur merah rapi sebelum kembali terseret ke laut begitu, memandangi ombak sampai langit merah menjadi hitam. Angin malam mulai tajam menusuk paru paruku yang rapuh berkarat, dan nyamuk mulai berpesta menggigit betisnya yang putih basah dan aku tahu, dia akan terus diam. Tak beranjak, tak bicara, hampir tak mengedip, bahkan dari jauh seperti tak bernapas. Seperti saat aku melihatnya dari balik kaca rumahku, beberapa jam yang lagi dia... pikirku saat itu. Perempuan itu termenung di pasir seperti onggokan rumput laut yang mati, kusut masai dan jujur setengah hatiku ingin ombak besar menggulung tubuh mungilnya pergi, jadi aku tak perlu terbebani untuk perduli. Boleh saja kalau mau berkomentar aku ini tak punya hati, tapi kurasa laki laki paling sabar pun akan naik pitam bila hal ini terjadi berulang begitulah... Setiap tahunnya aku selalu menemukannya duduk diatas karang tak perduli hujan ataupun air pasang, dalam kurun waktu 6 tahun ini, dari saat pertama aku menempati rumah pinggir pantai ini, yang kubeli karena kuingin menyepi. Ironisnya yang kudapatkan bukan pencerahan atau menghasilkan karya spektakuler dari otakku yang buntu ini aku malah sibuk mengurusi dia, si peri patah Kay, mungkin kependekan dari Katherine, atau Katerina. Aku bahkan tidak yakin bagaimana menulisnya, bisa Kay, Key atau hanya K? Entahlah, hanya itu yang dia sebut dulu saat pertama kali terdampar di pantai depan rumahku. Tubuhnya mungil dan ringan, sehingga mudah saja aku membopongnya saat malam jadi terlalu gelap dan aku sudah tidak tahan dengan diamnya yang begitu membatu. Seperti sekarang, dengan tulangku yang mulai menua ternyata masih mudah saja aku mengangkat tubuhnya, dan juga seperti dulu, dia tidak pernah berontak atau pun menolak. Sepertinya memang itu yang dia harapkan, aku tak terlalu perduli, yang penting aku tak mau menghabiskan malamku dengan masuk angin.“Siapa dia kali ini?” tanyaku dari dapur dengan suara keras sembari menyeduh dua cangkir coklat hangat yang kusiapkan beserta semangkuk penuh marshmallow yang aku tahu akan tandas olehnya. Bibirnya sedikit membiru, campuran masuk angin dan kedinginan berat jadi aku ragu apakah dia mampu menjawab pertanyaanku. Sama seperti aku, semestinya Kay pun mulai menua walau aku tak pernah bisa menebak berapa usianya. Mungkin sekitar awal 30an, tapi itu tebakanku 6 tahun yang lalu. Ternyata 6 patah hati tidak meluruhkan binar masih sama, dengan rambut ikal sepunggung, tulang pipi tinggi, sedikit kerutan di ujung tarikan senyumnya dan kerlingan cahaya di mata sipitnya. Sementara rambutku mulai memutih, dan kulitku mulai sedikit kendor. Di perutku mulai muncul lipatan daging yang bahkan 100 sit up setiap pagi tak mampu meratakannya. Ada cahaya yang begitu menghanyutkan di mata Kay, seperti menyimpan misteri, pandangan mata yang walau menuju ke arahmu namun sewaktu – waktu seperti melantur ke negeri jauh. Mungkin cahaya itu yang membuatnya selalu tampak muda, seperti waktu terkunci abadi, melewati perempuan ini namun tak menggerusnya. Mungkin dia lelembut pantai, atau peri yang datang mengganggu anak Adam yang banyak berdosa seperti apa Peri bisa patah hati?Karena Kay hanya datang bila patah hati, untuk yang satu ini aku yakin dia tidak menipuku. Dia akan tetap diam, bergelung di sofa ruang tamuku dan bersembunyi dibalik bantalan sofa raksasa hampir sebesar tubuhnya. Mencelupkan marshmallow ke coklat panasnya sampai tandas pun tetap membisu, sementara biasanya aku akan mulai bermonolog sambil duduk disampingnya tentang “how to heal a broken heart” atau topik garing apa pun yang mampir ke otakku hanya karena tak tahan dengan tinggal menunggu... karena sesudah coklatnya habis maka habis pula diamnya. Kay akan menaruh cangkirnya dan perlahan berbalik memelukku, menyandarkan kepalanya di dadaku dan mulai bercerita tentang patah hatinya. Maka aku akan tahu seperti apa lelaki itu, kisah bahagia mereka tanpa pernah tahu mengapa kisah cinta mereka berakhir. Cerita Kay tak pernah sepanjang itu, selalu menggantung. Lalu sebelum usai berkisah dia akan menatapku, berharap aku mampu menebak akhir kisah tragisnya. Aku tak pernah tahu, maka aku itu dadaku akan basah oleh air matanya, yang tak berhenti sampai dia tertidur kelelahan. Sementara aku hanya bisu, membiarkan dadaku hangat oleh tangis dan tubuhnya, menahan gejolak laki-lakiku untuk lebih jauh merengkuhnya. Lalu tubuhku akan kaku, membiarkannya tertidur di dadaku, sebelum kurebahkan tubuh mungilnya di sofa. Diantara tumpukan bantal besar itu dia terlihat begitu rapuh, tanpa kerlingan sinar matanya kini aku mampu melihat kerutan samar wajahnya yang menua. Lalu aku akan masuk ke kamarku yang dingin, menunggu pagi memikirkan Kay yang patah hati, jepretan gambar lelaki dalam kisah cintanya, otakku yang berkarat dan buntu, bahuku yang letih dan mengapa wangi rambut Kay selalu membuat dadaku 2Seseorang menarik korden dengan keras, menimbulkan suara yang memekakkan telinga, penuh dengan kesengajaan. Kubenamkan kepalaku dibalik tumpukan bantal, berusaha meredam ngilunya suara decitan dan cahaya pagi yang menyeruak tangan mungil Kay menyentakkan bantal bantal disekelilingku, tak mengindahkan gerutu maupun protesku. Dibuangnya semua bantal dan selimut ke lantai, hingga akhirnya aku menyerah kalah dan bangkit mengikutinya menuju ke dapur, dimana bau scrambled egg dan sosis menguar keseluruh sudut kopi panas yang disodorkannya sembari duduk bersandar pada bar, berusaha membuka mata dan mengumpulkan kesadaran yang sepertinya tercerai berai diamuk perasaanku yang tak tentu yang selalu terjadi setiap kali wanita ini datang, aku akan menghabiskan malamku dengan jantung berdebar yang membuat hatiku ngilu. Maka mataku akan nyalang, sementara otakku memutar setiap episode patah hati Kay, sungguh sebenarnya aku mendendam padanya. Cerita pilu Kay, tangisannya dan kemunculannya yang tiba – tiba selalu menguras energiku, membuat otakku buntu bahkan untuk berbulan – bulan setelah dia belum sempat aku menuntaskan sungutan dalam hatiku, menyalahkannya atas semua kemalangan hidupku, tiba – tiba aku tersadar. Kay sedang berdiri menatapku, berdiri dengan cangkir kopi yang diatupkan di kedua tangannya, kepalanya meneleng ke kiri, matanya berkerling nakal, dan bibirnya mengulum senyum, seperti berusaha menahan tawa. Mata sipit dan senyumnya yang hangat begitu kontras dengan dapur abu – abu putihku yang dingin dan beku seperti moodku pagi ini. Tubuhnya yang mungil berbalut kaos belelku yang menggantung sampai ke lutut, yang tentunya diambilnya dari lemariku tanpa ijin. Lemari yang dibukanya saat menyelinap ke kamar tidurku saat ku pulas, kemungkinan besar dengan air liur yang membasahi bantalku. Pikiran itu membuatku gusar.“Apa yang lucu?” hardikku tajam. Semakin gusar karena Kay seperti tidak terpengaruh oleh hardikanku. Dengan santai dia melenggang mendekatiku, dengan ekspresi wajah menahan geli. Aku masih bersungut gusar, namun tak bisa lepas mengikuti geraknya. Dengan santai dia berdiri dekat lututku, menaruh kopinya perlahan, lalu mengambil cangkir kopi dari tanganku dan menaruhnya kedua cangkir itu berdampingan. Gerakan yang begitu santai dan biasa, namun menyihirku sehingga aku bahkan lupa akan terhenti sejenak saat dia merapatkan wajah mungilnya sangat dekat pada wajahku. Dikatupkan tangannya pada kedua belah pipiku, memaksaku untuk menatap mata sipitnya yang menyelidik.“Kamu terlihat patah hati...” gumamnya setelah beberapa saat hanya diam memandangiku.“Huh?” aku gelagapan mendengar pertanyaannya yang tak terduga.“Kamu...” ulangnya lagi, “sedang patah hati?”Aku yang tadinya gelagapan dipegangi wajahnya begitu dekat menjadi jengkel tak ketulungan. Kecil – kecil tapi begitu mengganggu perempuan yang satu ini. Dengan gusar kujauhkan wajahku dari katupan tangannya dan buru – buru meraih cangkir kopiku, meneguknya dengan gerakan ekstra pelan, agar terhindar dari tatapan matanya yang seperti ingin ini diam menunggu kopiku habis, sementara dadaku berdegup dan otakku semakin lamban berpikir. Selalu begini. Setiap berada didekatnya aku merasa seperti invalid, lumpuh fisik maupun mental, dan aku benci itu.“Atau kamu memikirkan patah hatiku?” gumamnya lirih, entah bertanya atau hanya bicara pada dirinya hanya diam tak menjawab. Senjata ampuh untuk mengakhiri percakapan dengannya adalah diam dan mengambil surat kabarku, lalu membentangkannya dengan lebar di depanku, sehingga aku tak perlu lagi melihat wajah mungil menjengkelkannya terus berpura – pura membaca, bahkan saat aku menangkap gumaman lirihnya yang mengejutkan.“Bram sayang... Aku mencintaimu.”Aku berhenti membaca. Tetap beku dengan surat kabar membentang menghalangi kami. Sekuat hati aku menahan keinginanku untuk melihat wajahnya, namun aku tahu kata – kata Kay tadi tak lebih dari khayalanku semata. Hmmm... aku mulai semakin gila, pikirku jengkel. Kehilangan tidur, cerita pilunya, amarah terpendamku yang membakar sudah melesatkan level sintingku dari “medium to advance madness” pikirku tahu untuk dapat kembali berpikir waras aku harus menjauhinya, maka aku tetap diam. Hanya perlahan bangkit dan menepuk pundaknya lembut sebelum berjalan kembali masuk ke kamarku, menguncinya agar dia tak bisa mengganggu semua korden kamar, membuatnya menjadi gelap seperti malam. Ah... begini lebih baik, desahku lega. Tanpa pengakuan halusinasi Kay, curahan patah hatinya, kerling sipitnya yang menyudutkan, kopi panasnya yang memabukkan, dan wangi rambutnya yang membuat dadaku sesak. Aku tak akan keluar kamar sebelum dia pergi, putusku sambil tak lupa menelan beberapa butir pil tidur lalu bersembunyi dibalik bantal dan selimut ke -5Perlahan aku membuka pintu kamarku. Hanya ada putih yang begitu menyilaukan, juga deburan ombak yang buih putihnya memercik dari balik kaca besar ruang tamuku. Sofa abu – abu dengan bantalan putih yang sudutnya rapi tak bercela. Bau karbol menyengat hidungku, tajam namun memberikan kesan yang familiar namun sudah pergi. Ruangan ini kembali anehnya... dengan gusar aku menyadari sesuatu. Masih ada hati yang patah di ruangan ini. Tapi hati siapa?Kay’s Diary Bram masih belum mampu mengingatku. Bahkan saat aku bercerita tentang kenangan – kenangan kami dahulu, tak ada reaksi apa pun yang menunjukkan bahwa dia pernah ada dalam situasi yang sama. Namun aku yakin hatinya tahu, bahwa dia mencintaiku. Siapa pun aku, betapa pun asingnya keberadaanku di dekatnya. Aku yakin itu...Dia mengurung diri di kamar begitu lama, kembali memaksaku untuk menjauhi lingkaran nyaman semunya. Namun aku akan menunggu, dengan patah hatinya yang juga patah itu mengenaliku. Jangan khawatir Bram, aku mencintaimu, wife - Kayna Lihat Cerpen Selengkapnya Verse b G C G Di hari ini ada dua hati G A D Dipertautkan dalam kasih Tuhan C G Em Di hari ini dua cincin yang diberkati Am7 A D Menyatukan kasih yang sempurna Chorus b G Kasih itu panjang sabar D dan tiada berkesudahan Am D G D Kasih itu tiada cemburu G Kasih itu murah hati G7 C setia dan rela berkorban C A7/C G/D Em Am D G Selamat ber-baha-gia kami ucapkan Tag b C Bm Em Yang telah dipersatukan oleh Tuhan Am D G Jangan diceraikan manusia LAGU LAINNYA Index Lagu Kord Terpopuler 🔥 Unduh Terbanyak

di hari ini ada dua hati